5 Penyakit yang Rentan Muncul saat Musim Hujan, Waspadai Risiko Kesehatan!

5 Penyakit – Memasuki musim hujan pada November 2024, sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Jabodetabek, mulai merasakan dampak cuaca yang berubah drastis. Hujan lebat yang datang secara bergantian bisa membawa tantangan tersendiri bagi kesehatan. Selain cuaca yang dingin, genangan air yang seringkali sulit mengering dapat menjadi sarang bagi berbagai penyakit yang di tularkan melalui virus, bakteri, dan jamur. Oleh karena itu, penting untuk selalu waspada agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari penyakit yang sering muncul di musim hujan.

1. Influenza (Flu)

5 Penyakit – Influenza atau flu adalah salah satu penyakit yang paling sering menyerang pada musim hujan. Penyakit ini di sebabkan oleh infeksi virus yang menyebar melalui udara atau kontak langsung dengan tetesan air liur atau ingus penderita. Gejala flu antara lain demam tinggi, pegal-pegal, batuk, pilek, dan rasa lemas yang bisa berlangsung beberapa hari. Pencegahan flu dapat di lakukan dengan menjaga kebersihan diri, seperti rajin mencuci tangan dengan sabun, memakai masker jika batuk atau pilek, serta menjaga daya tahan tubuh dengan cukup tidur dan mengonsumsi makanan bergizi. Menghindari keramaian juga bisa membantu mengurangi risiko tertular.’ Di kutip dari laman gsdewabroto.com.

2. Demam Berdarah Dengue (DBD)

5 Penyakit – Penyakit ini di sebabkan oleh virus yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Musim hujan yang membawa genangan air dapat menjadi tempat berkembang biak yang ideal bagi nyamuk tersebut. Gejalanya meliputi demam tinggi, nyeri pada persendian, sakit kepala, dan ruam kulit. DBD bisa berbahaya jika tidak segera di  tangani, karena dapat menyebabkan perdarahan dan kerusakan organ tubuh. Pencegahan utama adalah dengan menghindari tempat-tempat yang bisa menampung air hujan, seperti ember, bak mandi, dan genangan air lainnya. Pastikan juga untuk menggunakan obat nyamuk atau mengenakan pakaian tertutup saat berada di luar ruangan.

3. Leptospirosis

Leptospirosis adalah infeksi yang di sebabkan oleh bakteri Leptospira yang menyebar melalui urine hewan yang terinfeksi, yang mencemari air atau tanah. Selama musim hujan, banjir sering kali membawa air yang tercemar, meningkatkan risiko penularan penyakit ini. Gejala leptospirosis mirip dengan flu, tetapi dalam kasus yang parah, bisa berkembang menjadi sindrom Weil, yang mengancam organ dalam tubuh seperti hati dan ginjal. Untuk mencegah leptospirosis, hindari kontak langsung dengan air yang tercemar, terutama di daerah banjir. Gunakan alas kaki yang terlindungi dan pakaian tertutup saat berada di area yang terendam air.


Baca juga artikel menarik kami yang lainnya: Perjalanan Dr. Lauren Juyia: Diagnosa Kanker Usus Besar Stadium 4 yang Tersembunyi di Balik Kelelahan


4. Diare

Diare merupakan penyakit pencernaan yang sering terjadi saat musim hujan, terutama akibat konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri atau virus. Bakteri seperti E. coli, Salmonella, dan Shigella dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan, ditandai dengan buang air besar encer lebih dari tiga kali dalam sehari. Untuk mencegah diare, pastikan untuk selalu mencuci tangan setelah menggunakan kamar mandi dan sebelum makan. Hindari mengonsumsi makanan atau minuman yang tidak jelas kebersihannya, dan pastikan makanan yang dimasak matang sempurna. Selalu pastikan juga air yang dikonsumsi telah dimasak dengan baik.

5. Demam Tifoid (Tipes)

Tipes, atau demam tifoid, adalah infeksi yang di sebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dapat menyebar lewat makanan, minuman, atau air yang terkontaminasi kuman. Penyakit ini umum menyerang pada musim hujan, terutama di daerah yang sanitasi dan kebersihannya kurang terjaga. Gejalanya meliputi demam tinggi, nyeri perut, diare, serta gejala seperti flu lainnya. Pencegahan tipes dapat di lakukan dengan memastikan konsumsi makanan dan minuman yang bersih dan aman. Rajin mencuci tangan setelah menggunakan kamar mandi, serta menghindari makanan atau air yang mungkin terkontaminasi sangat penting untuk mengurangi risiko penularan.

Perjalanan Dr. Lauren Juyia: Diagnosa Kanker Usus Besar Stadium 4 yang Tersembunyi di Balik Kelelahan

Perjalanan – Dr. Lauren Juyia, seorang ginekolog berusia 37 tahun asal Amerika Serikat, mengungkapkan kisah mengejutkan tentang diagnosis kanker usus besar stadium 4 yang di terimanya pada tahun 2022. Kondisi ini sangat mengejutkan mengingat usianya yang relatif muda dan profesinya yang cukup aktif. Perjalanan Lauren membuka mata banyak orang tentang pentingnya mengenali gejala kanker yang tidak selalu datang dengan cara yang kita harapkan.

Kelelahan yang Dianggap Biasa, Ternyata Pertanda Sesuatu yang Lebih Serius

Pada Agustus 2022, Lauren mulai merasa kelelahan yang tidak biasa. Sebagai seorang ibu dengan anak-anak kecil dan seorang profesional medis yang bekerja keras, ia mengira rasa lelah yang di rasakannya adalah akibat dari rutinitas yang padat. “Saya pikir itu hanya kelelahan biasa, bagian dari menjadi seorang ibu dan dokter,” kata Lauren, mengenang saat-saat tersebut. Namun, kelelahan itu tidak kunjung hilang. Bahkan, Lauren mulai merasakan gejala lain yang tidak biasa, berupa rasa berat dan ketidaknyamanan di area panggul. Merasa ada yang tidak beres, ia akhirnya memutuskan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.’ Dikutip oleh gsdewabroto.com dari laman ini.

Pemeriksaan yang Mengejutkan: Tumor di Panggul

Setelah serangkaian tes, termasuk USG, hasil pemeriksaan menunjukkan adanya massa abnormal di area panggulnya. Tumor tersebut tumbuh dengan cepat—dalam waktu hanya dua minggu, ukuran tumor meningkat drastis dari 8 cm menjadi 24 cm. “Sebagai seorang ginekolog, saya tahu bahwa tumor jinak biasanya tidak tumbuh secepat itu,” ujar Lauren, yang sudah memiliki latar belakang medis. Awalnya, ia khawatir itu adalah kanker ovarium. Namun, setelah serangkaian pemeriksaan lanjutan, dokter mengonfirmasi bahwa dia mengidap kanker usus besar stadium 4, sebuah diagnosis yang tidak hanya mengejutkan Lauren, tetapi juga tim medis yang merawatnya.

Kanker Usus Besar pada Usia Muda: Gejala yang Sering Terabaikan

Perjalanan Lauren menunjukkan bahwa kanker usus besar tidak selalu menunjukkan gejala klasik yang sering kita dengar, seperti perubahan pola buang air besar atau perdarahan. Gejala yang dialami Lauren—kelelahan yang berkepanjangan dan rasa berat di panggul—terjadi akibat penyebaran kanker ke bagian tubuh lainnya. “Saya sedikit lelah di sore hari, tetapi sebagai ibu dengan anak-anak kecil yang masih terjaga di malam hari, saya tidak terlalu memikirkannya,” kenang Lauren. Fakta bahwa kanker usus besar jarang didiagnosis pada orang berusia di bawah 50 tahun menjadikan kasus Lauren semakin unik. Biasanya, kanker ini menyerang orang dewasa yang lebih tua, namun bagi Lauren, kondisi ini justru muncul di usia yang relatif muda, mengingatkan kita akan pentingnya deteksi dini.


Baca juga artikel menarik lainnya: 6 Makanan yang Dapat Mempercepat Penuaan, Hindari Agar Kulit Tetap Sehat


Kesadaran Diri dan Deteksi Dini: Kunci untuk Mencegah Penyakit Berbahaya

Melalui kisahnya, Lauren berharap bisa meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengenali gejala kanker yang tidak selalu sesuai dengan yang kita bayangkan. Tidak jarang, gejala kanker muncul dengan cara yang samar dan bisa di salahartikan sebagai masalah kesehatan ringan lainnya. Kelelahan, rasa berat, atau perubahan sekecil apa pun dalam tubuh kita sebaiknya tidak di abaikan. Lauren juga menekankan bahwa meskipun ia memiliki latar belakang medis, tidak ada yang bisa sepenuhnya “kebal” terhadap penyakit ini. Dia mengajak masyarakat untuk lebih waspada dan melakukan pemeriksaan rutin, terutama jika merasa ada yang tidak beres dengan tubuh mereka. Deteksi dini tetap menjadi langkah utama dalam memperbaiki prognosis penyakit kanker, tak terkecuali kanker usus besar.

Menerima Kenyataan dan Berjuang untuk Hidup

Di tengah perjuangannya melawan kanker, Lauren mengungkapkan bagaimana pentingnya memiliki dukungan dari orang-orang terdekat. Dukungan keluarga, teman, dan kolega sangat membantu dirinya dalam menghadapi cobaan ini. Meskipun tantangan yang di hadapi sangat berat, Lauren tetap optimistis dan berkomitmen untuk menjalani pengobatan dengan penuh semangat. Kisah Lauren menjadi pengingat bagi kita semua bahwa meskipun kanker bisa datang tanpa tanda-tanda jelas, tetap penting untuk menjaga kesehatan dan melakukan pemeriksaan secara rutin. Tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan dokter jika kita merasa ada yang berbeda dalam tubuh kita, apalagi jika gejalanya berlangsung lebih lama dari biasanya.

6 Makanan yang Dapat Mempercepat Penuaan, Hindari Agar Kulit Tetap Sehat

6 Makanan – Penuaan adalah proses alami yang tidak bisa di hindari, namun ada faktor-faktor tertentu yang dapat mempercepat munculnya tanda-tanda penuaan, terutama yang berkaitan dengan kesehatan kulit. Salah satu faktor utama yang sering terabaikan adalah pola makan kita. Makanan yang kita konsumsi sehari-hari tidak hanya berdampak pada kesehatan tubuh, tetapi juga dapat memengaruhi kondisi kulit, menyebabkan kerutan, penuaan dini, dan penurunan elastisitas kulit.

1. Makanan yang Mengandung Gula Berlebih

6 Makanan – Makanan tinggi gula tidak hanya berdampak pada kesehatan gigi, tetapi juga bisa mempercepat penuaan kulit. Proses yang dikenal dengan nama glikasi terjadi ketika gula berlebih dalam tubuh menempel pada protein, seperti kolagen dan elastin. Kolagen adalah protein yang memberi kekuatan dan elastisitas pada kulit. Ketika kolagen rusak akibat AGEs (Advanced Glycation End-products), kulit menjadi lebih rentan terhadap keriput dan kehilangan kekenyalan. Minuman manis, kue, dan makanan olahan yang mengandung banyak pemanis tambahan adalah contoh makanan yang perlu di hindari. Pilihlah makanan dengan pemanis alami atau rendah gula, seperti buah-buahan segar’ di kutip oleh gsdewabroto.com.

2. Alkohol: Tidak Hanya Mengganggu Kesehatan, Tapi Juga Kulit

6 Makanan – Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mempercepat proses penuaan. Alkohol mengandung zat yang dapat menyebabkan dehidrasi pada kulit, mengurangi kelembapan alami, dan memicu munculnya kerutan. Selain itu, alkohol juga bisa memicu peradangan yang merusak kolagen dan elastin di kulit. Jika ingin tetap menikmati alkohol, batasi jumlahnya dan pastikan untuk selalu menghidrasi tubuh dengan cukup air agar kulit tetap terjaga kelembapannya.

3. Makanan yang Digoreng: Sumber Radikal Bebas dan Inflamasi

Makanan yang digoreng, terutama yang dimasak pada suhu tinggi, dapat menghasilkan produk kimia yang merusak kolagen dan mempercepat penuaan kulit. Selain itu, proses penggorengan juga menghasilkan radikal bebas yang dapat memicu stres oksidatif dan peradangan dalam tubuh. Sebagai alternatif yang lebih sehat, Anda bisa memilih metode memasak seperti memanggang, merebus, atau menggunakan air fryer yang membutuhkan lebih sedikit minyak.

 


Baca Juga artikel kami yang menarik lainnya: 12 Buah Rendah Gula yang Aman dan Menyehatkan untuk Penderita Diabetes


4. Daging yang Dimasak hingga Gosong: Berisiko Tinggi untuk Kulit

Daging yang di masak hingga gosong mengandung senyawa berbahaya seperti hidrokarbon dan amina heterosiklik yang dapat merangsang peradangan dalam tubuh. Peradangan ini dapat merusak sel-sel kulit dan mempercepat proses penuaan. Selain itu, senyawa-senyawa ini juga bisa memengaruhi kesehatan jantung dan meningkatkan risiko kanker. Untuk menjaga kulit tetap sehat, lebih baik memasak daging dengan cara yang lebih lembut seperti memanggang atau merebus, tanpa membiarkan daging menjadi terlalu hitam atau terbakar.

5. Daging Merah yang Berlebihan: Peningkat Stres Oksidatif

Daging merah mengandung zat besi heme yang dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam tubuh. Jika di konsumsi secara berlebihan, daging merah dapat memicu stres oksidatif, yang pada gilirannya merusak sel-sel kulit dan mempercepat penuaan. Sumber protein nabati seperti kacang-kacangan, tahu, atau tempe bisa menjadi pilihan yang lebih sehat bagi kulit. Jika Anda menyukai daging merah, pastikan untuk mengonsumsinya dalam jumlah moderat dan pilih potongan yang lebih sehat seperti daging tanpa lemak.

6. Makanan dengan Lemak Trans: Merusak Kesehatan Kulit

Lemak trans, yang banyak di temukan dalam makanan olahan, makanan cepat saji, dan camilan kemasan, tidak hanya meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh, tetapi juga dapat merusak kesehatan kulit. Lemak trans berperan dalam meningkatkan peradangan, yang dapat merusak kolagen dan mempercepat munculnya kerutan. Selain itu, konsumsi lemak trans yang berlebihan juga dapat berisiko pada penyakit jantung dan gangguan metabolisme. Untuk menjaga kesehatan kulit dan tubuh, hindari atau batasi konsumsi makanan yang mengandung minyak terhidrogenasi parsial dan pilih makanan dengan lemak sehat, seperti yang terdapat dalam alpukat, kacang-kacangan, dan ikan berlemak.

12 Buah Rendah Gula yang Aman dan Menyehatkan untuk Penderita Diabetes

12 Buah Rendah Gula – Mengelola kadar gula darah adalah hal yang sangat penting bagi pasien diabetes. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan memilih makanan yang tepat, termasuk buah-buahan yang rendah gula namun tetap kaya akan nutrisi. Meskipun buah dikenal sebagai sumber gula alami, ada banyak jenis buah yang tetap aman dikonsumsi oleh penderita diabetes. Berikut adalah 12 buah rendah gula menurut gsdewabroto.com yang bisa menjadi pilihan sehat untuk menambah variasi dalam menu harian.

1. Kiwi

Kiwi bukan hanya menyegarkan, tapi juga kaya akan vitamin C dan serat. Dengan hanya 6,7 gram gula per buah, kiwi cocok untuk membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil. Buah ini juga memiliki kandungan antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari peradangan.

2. Alpukat

Alpukat adalah pilihan buah yang sangat rendah gula, dengan hanya 0,33 gram gula per 50 gram porsi. Selain rendah gula, alpukat kaya akan lemak sehat, serat, dan memiliki indeks glikemik yang sangat rendah, membuatnya ideal untuk penderita diabetes.

3. Stroberi

Stroberi menawarkan rasa manis-asam yang nikmat dan rendah kalori. Dalam satu cangkir stroberi (sekitar 150 gram), hanya ada sekitar 7 gram gula. Selain itu, stroberi mengandung banyak vitamin C dan serat yang dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

4. Semangka

Semangka, dengan kandungan air yang tinggi, sangat baik untuk menjaga hidrasi tubuh. Secangkir semangka hanya mengandung kurang dari 10 gram gula, menjadikannya pilihan buah yang menyegarkan tanpa khawatir akan lonjakan gula darah.

5. Lemon dan Jeruk Nipis

Lemon dan jeruk nipis kaya akan vitamin C dan rendah gula, masing-masing mengandung sekitar 2 gram gula per buah. Kedua buah ini dapat memberikan rasa segar pada hidangan atau minuman, tanpa menambah banyak kalori.

6. Persik

Meskipun rasanya manis, persik hanya mengandung sekitar 12,6 gram gula dalam satu buah. Selain itu, persik juga kaya akan vitamin A dan C yang mendukung kesehatan kulit dan mata, serta mengandung serat yang baik untuk pencernaan.

7. Aprikot

Aprikot adalah buah kecil yang sarat dengan beta-karoten dan antioksidan yang mendukung kesehatan mata. Satu buah aprikot segar mengandung hanya 3,23 gram gula, menjadikannya pilihan camilan sehat bagi penderita diabetes.


Baca juga: 5 Penyakit yang Bisa Dihindari dengan Rutin Mengonsumsi Labu Siam: Manfaat yang Wajib Diketahui!


8. Delima

Buah delima terkenal akan kandungan polifenolnya yang bermanfaat bagi kesehatan jantung. Dalam 100 gram buah delima segar, terdapat sekitar 13,7 gram gula, namun karena kandungan antioksidannya yang tinggi, buah ini tetap menjadi pilihan sehat untuk penderita diabetes.

9. Pepaya

Pepaya adalah buah tropis yang rendah gula namun kaya akan vitamin A, C, dan folat. Dalam satu cangkir pepaya, hanya terdapat sekitar 11 gram gula. Pepaya juga memiliki sifat antiinflamasi dan dapat membantu pencernaan.

10. Raspberry (Rasberi)

Raspberry memiliki kandungan gula yang sangat rendah, hanya sekitar 5 gram per cangkir. Selain itu, rasberi mengandung serat yang tinggi, membantu memperlambat penyerapan gula dan membuatmu merasa kenyang lebih lama.

11. Blewah

Blewah memiliki warna jingga yang kaya akan vitamin A, yang mendukung kesehatan mata dan kulit. Kandungan gulanya cukup rendah, dengan hanya sekitar 12 gram gula per cangkir potongan blewah. Buah ini juga mengandung banyak air, sehingga membantu hidrasi tubuh.

12. Jeruk

Jeruk adalah sumber vitamin C yang sangat baik dan tetap menjadi pilihan buah rendah gula dengan sekitar 9,35 gram gula per 100 gram. Meskipun manis dan segar, jeruk memiliki indeks glikemik rendah, yang menjadikannya aman untuk penderita diabetes jika di konsumsi dalam jumlah yang tepat.

Tips Penting bagi Penderita Diabetes

Meskipun banyak buah yang rendah gula, penting bagi penderita di abetes untuk tetap mengontrol porsi dan menghindari buah-buahan yang mengandung gula tinggi dalam jumlah berlebih. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi sebelum menambahkan jenis buah baru ke dalam pola makan sehari-hari, guna memastikan buah tersebut sesuai dengan kondisi kesehatan individu. Dengan memilih buah-buahan yang tepat dan mengonsumsinya dalam porsi moderat, penderita diabetes bisa menikmati kelezatan alami buah tanpa khawatir akan fluktuasi gula darah.

5 Penyakit yang Bisa Dihindari dengan Rutin Mengonsumsi Labu Siam: Manfaat yang Wajib Diketahui!

5 Penyakit yang Bisa Dihindari – Siapa sangka, bahan makanan yang sering di jadikan pelengkap dalam hidangan seperti lodeh atau tumisan ini ternyata menyimpan banyak manfaat kesehatan yang luar biasa. Labu siam, yang berasal dari keluarga Cucurbitaceae—sekeluarga dengan melon dan mentimun—memiliki berbagai kandungan gizi yang tak hanya lezat tetapi juga sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Selain memberi rasa segar pada masakan, labu siam dapat membantu mencegah sejumlah penyakit serius yang dapat mengancam kesehatan. Berikut adalah lima penyakit yang bisa Anda cegah hanya dengan rutin mengonsumsi labu siam: Di kutip dari laman gsdewabroto.com.

1. Menjaga Kesehatan Jantung dan Mencegah Penyakit Kardiovaskular

5 Penyakit yang Bisa Dihindari – Labu siam merupakan sumber serat yang sangat baik, dan serat di kenal memiliki peran besar dalam menjaga kesehatan jantung. Mengonsumsi serat dalam jumlah cukup dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh dengan cara mengurangi penyerapan kolesterol di saluran pencernaan. Selain itu, serat juga meningkatkan pengeluaran kolesterol melalui feses. Berbagai studi telah menunjukkan bahwa diet tinggi serat dapat mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, dan gangguan kardiovaskular lainnya. Jadi, dengan mengonsumsi labu siam secara rutin, Anda turut memberikan perlindungan bagi jantung agar tetap sehat dan berfungsi optimal.

2. Mendukung Sistem Pencernaan yang Sehat

Serat dalam labu siam juga sangat bermanfaat untuk kesehatan pencernaan. Jika Anda sering mengalami sembelit atau gangguan pencernaan, labu siam bisa menjadi solusi alami yang ampuh. Serat dalam labu siam membantu melancarkan buang air besar, sekaligus mendukung pertumbuhan bakteri baik dalam usus. Bakteri ini menghasilkan asam lemak rantai pendek (SCFA) yang tidak hanya membantu menjaga kesehatan usus besar, tetapi juga mengurangi peradangan dan melindungi lapisan usus dari kerusakan. Dengan demikian, mengonsumsi labu siam secara teratur dapat menjaga saluran pencernaan tetap sehat dan berfungsi dengan baik.



3. Mengatur Kadar Gula Darah dan Mencegah Diabetes Tipe 2

Labu siam sangat tepat di konsumsi oleh mereka yang berisiko mengidap diabetes tipe 2. Dengan kandungan karbohidrat yang rendah dan serat yang tinggi, labu siam dapat membantu memperlambat proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat, yang pada gilirannya mencegah lonjakan gula darah yang tajam setelah makan. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa senyawa dalam labu siam dapat meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang dapat mengurangi risiko terjadinya diabetes tipe 2. Jadi, menjadikan labu siam sebagai bagian dari menu harian Anda adalah pilihan bijak untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil.

4. Melawan Risiko Kanker, Terutama Kanker Saluran Pencernaan

5 Penyakit yang Bisa – Mengonsumsi buah dan sayuran, termasuk labu siam, ternyata berperan penting dalam menurunkan risiko kanker. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa aktif dalam labu siam dapat membantu memperlambat pertumbuhan sel-sel kanker, khususnya yang berhubungan dengan kanker saluran pencernaan, seperti kanker usus besar dan kanker perut. Walaupun penelitian lebih lanjut masih di perlukan, ada bukti yang menunjukkan bahwa senyawa dalam labu siam dapat menghambat proliferasi sel kanker dan meningkatkan mekanisme perlindungan tubuh. Meski bukan pengganti pengobatan medis, labu siam tetap bisa menjadi bagian dari pola makan sehat untuk mendukung pencegahan kanker.

5. Menjaga Kesehatan Hati dan Mencegah Penyakit Hati Berlemak

Labu siam juga memberikan manfaat besar bagi kesehatan hati. Hati adalah organ vital yang memproses racun, lemak, dan zat berbahaya lainnya dalam tubuh. Penumpukan lemak hati dapat memicu penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD), yang bisa berkembang menjadi masalah serius jika tidak di tangani. Untungnya, labu siam mengandung senyawa yang dapat membantu mengurangi penumpukan lemak hati dan mendukung fungsi hati yang sehat. Dengan rutin mengonsumsi labu siam, Anda dapat membantu mencegah gangguan hati dan menjaga organ vital ini tetap bekerja optimal.